Rabu, 21 Mei 2014

Tiada Musim Semi di Bulan Mei



Ini bulan Mei  yang begitu rupa
Musim semi tak pernah singgah di sini
Hanya sesekali daun-daun berwarna pucat jatuh berserakan
Warnanya bertambah pekat seiring luka pada hati seorang perempuan


Jendela dibiarkan terbuka olehnya
Agar matanya jelas menyapa lalu lalang manusia
Pada kaki-kaki yang melintas itu
Ia berharap ada sepatu berwarna cokelat
Milik tuan bermata hangat


Daun-daun masih setia luruh bersama gerimis
Kecipak air mengalun lembut di antara langkah-langkah yang tergesa
Mengapa tiada musim lain selain musim penghujan, Tuan?
Aku bosan bertemu sejuta air mata


Bolehkah Mei yang tiada bahagia ini kutukar saja?
Aku hanya mau daun-daun bersinar seperti embun di pagi hari
Lalu matamu mengintip di balik jendela
Saat aku terjaga esok pagi





Senin, 19 Mei 2014

Cinta





Malam dan siang mengabur dalam pandangan
Kucari-cari cahayamu di sela-sela riuh manusia
Namun tetap tak kutemukan

Ruang antara kita begitu gelap
Suaramu, bicaramu pun belumlah sampai di sini
Dapatkah kau rasakan genggamanku?
Melalui doa, sapa, dan belaian tanganku

Aku hanya mencari dan mencari adamu
Maafkan untuk cinta yang mungkin hangatnya tak menemuimu

Ajaib sungguh
Dunia belum kau temui
Tapi bahagia darimu sampai di jiwaku, di jiwanya

Untukmu, semua kata-kata menjadi hilang
Kehilangan memang selalu menyakitkan

Ternyata ada cinta yang tumbuh walau jiwanya tak ada
Aku tak tahu bagimana matamu, bagaimana senyummu
Semoga selalu pagi dan senja yang indah di sana
Sampai jumpa lagi sayang,


: Aku begitu merindukanmu, baik-baik di sana, jangan nakal, dan salam untuk Tuhan ya, dari kami, salam cinta :)