Selasa, 07 Januari 2014

Memoar


karena waktu selalu menyembuhkan dan memberi ruang pada hati kita


Aku adalah luruh yang kepingannya kau jadikan utuh kembali. Saat gerimis menyisakan tempias di beranda rumah, lalu kesepian menyergap tanpa ampun, harapan adalah satu-satunya kunang-kunang yang masih berpendar. Itu kamu.

" Cinta tak pernah memaksa tinggal di hati seseorang, ia diam di tempat yang semestinya"

Mengenalmu adalah biasa saja, dahulu. Layaknya pertemanan biasa, konvensional dan apa adanya.

" Mungkin suatu hari nanti, semesta akan memberi kita kesempatan minum kopi atau teh sambil berbincang santai", dialog sambil lalu kita beberapa tahun silam.



Percaya takdir? Aku terdiam. Pertanyaan klise dan sangat manusiawi. Pun manusiawi ketika aku merasa sedang dipermainkan takdir. Apa yang kau rasakan jika tiba-tiba orang yang kau sayangi tak lagi memberimu kabar, lalu pergi diam-diam, tanpa alasan? Hambar. Saat-saat terasing dari dunia adalah saat kau tidak pernah tahu apa kesalahanmu, tapi seseorang pergi meninggalkanmu.

"Kamu baik, sedang aku merasa sangat banyak kekurangan, tak sepadan denganmu...."

Bukankah cinta akan membawa kita menjadi orang yang lebih baik, dan berusaha menyempurnakan satu sama lain? Lalu? Mengapa harus pergi diam-diam dan menyisakan alasan disaat waktu sudah memberiku jawaban atas penafsiran-penafsiranku sendiri? Kamu terlambat menjelaskan. Aku tetap gadis hujan yang dulu. Tapi kamu menjadi lelaki yang tak lagi sama di mataku.


" Jika kita menginginkan bahagia, maka kita harus berusaha, menyiapkan hati kita : untuk bahagia. Jangan kau habiskan waktumu, untuk orang yang tak mengerti arti ketulusan".


Lalu tibalah hari di mana kita berkenalan. Kamu, bukan dia. Sangat berbeda.

Hari-hariku tetap sama, meninggalkan kenangan di belakang yang biar saja menjadi bagian yang tinggal di sudut hati. Tak akan pergi, tapi tak akan pernah kuajak masuk kembali.

Hatimu, adalah bahasa lain yang mengajariku sesuatu. Sedikit demi sedikit, mataku mampu melihat duniamu.
Ada perjalanan yang kita buka di sore hari itu. Aku mulai berdamai dengan 'takdir'.

"Tak setiap orang mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama"

Aku tak pernah mampu menjelaskan dengan kata-kata, sejak kapan aku jatuh cinta padamu. Entah pagi, atau saat senja memudar, entah kapan. Jatuh cinta terkadang tak memerlukan alasan, tapi aku yakin, ada alasannya, aku saja yang belum mampu mendefinisikannya.

"Hidup selalu memberi kita kejutan"





Perjalanan membawaku pulang ke hatimu, juga kamu. Kita bukan manusia sempurna itu, kita hanya berusaha saling menjadi 'baik' untuk satu sama lain. Aku mau menjadi perempuan yang bertemu pagi dan senja setiap hari, bersamamu. Aku mau menjadi perempuan yang kau genggam tangannya di keramaian. Aku mau menjadi perempuan yang tetap kau banggakan sesederhana apa pun diriku. Aku mau.

Aku mau, saat kau bertanya, "maukah kau menikah denganku....?"



Jatuh cinta, rindu, bahagia, tak pernah mengenal pergantian musim. Pertemuan, perpisahan, adalah hal yang sangat mungkin kita alami. Setiap orang selalu mengatakan berani jatuh cinta, tapi apakah mereka seberani itu saat berhadapan dengan 'kehilangan?' 


Aku, adalah luruh, yang menjadi benderang saat di dekatmu. Rusuk itu tak pernah tertukar, akan saling menemukan, sejauh apapun jarak, sehebat apapun keadaan memisahkan, hati kita pulang ke rumah yang sama.

: Selamat tanggal 8, genap 30 hari, selamat menjelang hari, bahagiaku :)



5 komentar:

  1. cieeee barokallooooh ^_^

    BalasHapus
  2. alhamdulillah, sebulan menikah, lebih bahagia ternyata :D

    BalasHapus
  3. selamat ya win.... maaf waktu itu gak bisa datang.. :)

    BalasHapus
  4. bu nur makasiih ya, gpp.. doanya ya.. smg dirimu lekas menyusul ;)

    BalasHapus