Sabtu, 29 Maret 2014

Menyerpih Rindu Yang Berserakan di Jalanan Sehabis Hujan





Mungkinkah ini yang dinamakan takut kehilangan? Tangan mungilku tak mampu menjangkaumu yang sedang terentang oleh jarak. Aku tak tahu apa yang sedang kau kerjakan, kau sedang menghabiskan makan siangmu dengan siapa.

Trotoar sepanjang jalan menuju rumah basah. Sesekali terdengar umpatan pejalan kaki, ketika kendaraan yang sedang melintas meninggalkan jejak berupa cipratan air genangan hujan.  Seorang anak melangkah tergesa sambil sesekali memutar-mutar payung yang melindungi tubuhnya.

Lagi-lagi aku pulang lebih sore dari biasanya. Pekerjaan sedang menumpuk, namun baguslah, setidaknya kesibukan mengalihkan perhatianku dari sekedar mengkhawatirkanmu. Khawatir bahwa kamu melupakan aku, walau itu cuma sesaat. Aku selalu ingin menjadi orang nomor satu yang kau ingat. Ralat, aku ingin menjadi orang yang nomor tiga saja, yang nomor satu tentu saja Tuhan, yang kedua, ibumu.

Rasanya aku sedikit kesal saja, jika perhatianmu berkurang walau sedikit. Sebut aku berlebihan, tak apa.

"Kamu terlalu posesif itu namanya"  Ujarnya, saat itu kami sedang berjalan-jalan di kotanya. Pertemuan kami kesekian kalinya di antara jarak yang tercipta.

Tangannya mengenggam jemariku. Lalu diam melebur segala keresahanku. Aku begitu mencintai lelaki di sebelahku ini. Mungkin itu yang membuat aku berlebihan, terlalu merasa memiliki.

"Kamu tak usah khawatir begitu, kita akan baik-baik saja, percayalah" Ia berusaha meyakinkanku, membuatku tenang.


Jika saja aku mampu, ingin kuhentikan waktu saat dia ada nyata di hadapanku. Kubekukan detik agar tak berubah menjadi menit. Kemudian kumasukkan berlapis-lapis rindu yang terlukis di matanya yang tajam. Kusimpan, kuabadikan.

Apakah mencintai itu harus seperti ini? Merasai rindu yang terkadang menyesakkan dada? Apakah benar ini cinta. Realitasnya, aku bahagia bersamanya. Mungkin rindu terlalu cepat datang. Iya, rindu selalu mempermainkan aku hingga selarut ini.


-Sore, kamu sudah di rumahkan? miss you, so bad-


Kupandangi layar handphone cukup lama. Inginnya kukirim langsung pesan pendek itu segera saat itu juga. Namun, aku ingin belajar menahan diri, menahan rinduku. Menahan segala rasa yang berserakan. Aku harap kamu baik-baik saja di sana. Aku hanya sedang merindukanmu saja.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar