Rabu, 18 Februari 2015

Kamulah Satu-Satunya

Ruangan ini mendadak hening. Aku diam. Kamu diam. Dia juga diam. 

"Maksud kamu apa sih, Naz?"

"Aku menyerah. Sampai sini sudah cukup...” 


“Naz, aku sama Caroline itu kesalahan.....,  aku hanya..”


“Cukup!” 



Dia diam. Tetap dengan sikapnya yang merasa menang. Ingin rasanya aku menusuk-nusuk perutnya atas sikapnya itu. Air mata sudah sejak tadi tak bisa kubendung.


Kulempar cincin pemberiannya. Ah, ternyata adegan mirip sinetron ini kualami juga. Tampangku kini mungkin sudah jauh dari cantik. 

Hening menggantung di udara. Caroline yang bermuka barbie itu membenarkan pakaiannya yang berantakan. Aku membuang muka. Jijik.


***

Aku merias diri seperti biasa. Tersenyum, mematut diri di cermin. Aku tak bisa ternyata. Skenario macam tadi itu hanya sampai di anganku. Aku pengecut. 



***

“Sayang...aku pulaang!”



Itu suara Bernard. 

“Aku kangen kamu..” ucapnya, khas dengan suara baritonnya yang seksi itu.

“Kenapa sayang, kok diam...?” Bernard berusaha memelukku.

Aku geming.

Aku tertawa terbahak-bahak di hadapannya. Semakin keras. Semakin keras. Bercampur tangis.

Udara terasa ringan. Aku melayang. Makin ringan.

***

Bernard menangis memelukku erat. Bau amis menguar di seluruh kamar.



* Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis




Tidak ada komentar:

Posting Komentar