Rabu, 04 Februari 2015

Kepada Lelaki Berkemeja Abu-Abu #6 : Desember





Selamat malam, kamu.

Ini surat yang terlambat.

Dalam hidup ada begitu banyak pertemuan-pertemuan. Ada begitu banyak kemungkinan-kemungkinan dalam tiap simpangannya. Manusia selalu menginginkan pertemuan yang berkesan, mendalam, dan membekas dalam ingatan.

Setiap orang yang memiliki minat yang sama, entah mengapa mudah terhubung satu sama lain. Ada saja perekatnya.

Desember 2011. Musim yang dingin dan abu-abu. Sepanjang waktu hujan menyapa. Saat itu, aku adalah seorang yang tengah berjalan tertatih, berusaha berdiri tegak atas apa yang kualami. Tidak, aku baik-baik, hanya baru mengerti tentang sesuatu. Bahwa cinta itu bukan suatu hal yang selalu ramah. Iya, sisa-sisa hari di Desember begitu pucat bagiku.

Namun, entah mengapa, aku selalu menyukai Desember, bagaimana pun rupanya. Kamu datang di Desember sebagai seorang teman baru. Pertemuan kita adalah pertemuan yang akan selalu kita ingat setiap detailnya. Lucu malah jika kita kembali ke tanggal di mana kita berkenalan untuk pertama kalinya. Klise. Berkenalan dengan seseorang di dunia maya yang ternyata adalah teman dari teman kita. Iya, begitulah. Kamu seorang pendaki gunung. Secara tak sengaja aku melihat album perjalananmu ke Mahameru.

Selanjutnya, pertemuan kita tak lagi bisa dibilang klise, karena bulan Januari kamu datang ke kotaku. Sebagai teman. Kita punya niat yang sama-sama baik, punya hobi yang sama, dan punya teman yang sama, pemilik kedai kopi di kotaku.

Kamu tahu? Aku masih mengingat setiap detail pertemuan pertama kita. Walau saat itu aku tak menyimpan perasaan apa-apa terhadapmu. Bukan jatuh cinta pada pandangan pertama. Bukan. Aku ingat bagaiman kamu menatapku lama, iya mungkin kamu saat itu hanya memastikan, ini benar-benar aku. Suatu sore yang cerah di kota Bandung dan di sebuah kedai kopi. Sempurna.

Cinta adalah sebuah pertemuan. Kita tak pernah benar-benar menyadari kapan kita saling jatuh cinta. Pertemuan demi pertemuan selanjutnya, membuatku merasa bahwa, aku sangat nyaman dan aman ada di dekatmu. Aku juga masih ingat saat pertama kali kamu ke rumah dan bertemu dengan ibuku. Ibuku bilang, kamu orang baik. Aku hanya tersenyum. Apakah itu pertanda ya, firasat seorang ibu tentang seseorang yang kelak berjodoh dengan putrinya?

Aku selalu merasa menjadi perempuan yang beruntung. Aku adalah seseorang yang sangat rumit. Namun, bersamamu segalanya menjadi lebih mudah. Kecemasan-kecemasan menjadi hilang. Hidup bersamamu selalu baik-baik saja. Tidak. tentu tidak ada yang sempurna, namun aku tahu, kamu adalah jodoh terbaik yang Tuhan kirimkan untukku.

Seseorang yang mengerti bahwa aku adalah seorang pemimpi, manja, mudah tersentuh, dan tentu saja moody. Bersamamu aku merasa aman menjalani hidup ini. Aku kadang takut, aku takut untuk sesuatu yang pasti nanti akan terjadi. Cinta memang menuntut sebuah keberanian bukan? Berani untuk menjadi orang yang berani.

Pertemuan kita dulu sangat membekas dalam hidupku. Tuhan begitu  begitu baik mempertemukan kita.

Aku sungguh beruntung bertemu denganmu. Aku sungguh beruntung menjadi perempuan yang ada dalam hidupmu.


Aku mencintaimu, selamanya.


With love,


Your wife


Tidak ada komentar:

Posting Komentar