Sabtu, 08 September 2012

tentang Senja :)



senja di Yogyakarta :)


Akhirnya kita bertemu kembali.  Sejenak tadi aku sudah mengira hadirmu. Senyum lembutmu tertiup angin hingga ke ujung hidungku. Kamu masih seperti dulu rupanya. Sederhana, namun indah.

Aku biarkan dirimu, aku hanya ingin melihatmu dari kejauhan. Belum, dia belum akan datang, ini belum waktunya.  Nikmati saja waktumu sejenak, dan aku akan setia menunggu.

Kuarahkan lensaku menujumu. Senyummu terekam jelas bersama riak angin yang menerbangkan ujung rambutmu. Kamu cantik! Dan lihat, jingga itu akan segera datang! Perlahan, sedikit demi sedikit.


Kamu selalu suka senja. Ya, bagimu senja adalah waktu ketika Tuhan menurunkan berjuta cinta ke bumi. Kamu selalu suka pantai. Bagimu pantai adalah kanvas luas yang dapat menampung seluruh resahmu.

Saat senja, kamu bilang, kamu jatuh cinta. Ketika mentari berpamitan pada bumi, dan berjanji akan datang lagi esok hari.  Lalu kamu duduk di tepian pantai yang tenang, melesakkan jemari kakimu lebih dalam pada lembutnya pasir putih nan cantik. Nafasmu tenang, matamu tak lepas memandang langit yang beraneka warna. Ada jingga di sana, warna kesukaanmu. Merona, bercampur merah dan ungu yang tak terlalu pekat.
Gradasinya terlalu mempesona, membias di sudut matamu. Pantulannya membius, membentuk refleksi di horizon.

Saat senja, kamu bilang, kamu rindu. Rindu pada siluet tentangnya. Seseorang yang selalu kamu sebut-sebut namanya saat kita berbincang. Kamu selalu rindu senja, karena senja yang menjemput beribu bintang-bintang. Matamu berbinar seindah senja ketika kita berdua duduk menikmati senja bulan lalu. Di sini, di tempat kesukaanmu, kesukaannya, katamu. 

Kita sering menjemput senja. Menunggu matahari yang hendak berisitirahat ke peraduannya. Aku dengan kameraku, kamu dengan kanvasmu. Pernah suatu ketika, senja tak terlalu ramah pada kita. Pantai tak terlalu ramai ketika itu, awan hitam menipis di kejauhan. “ Sepertinya akan hujan ”, katamu. Aku hanya tersenyum.

Benar saja. Gerimis datang tanpa permisi. Turun satu-persatu membasahi pasir-pasir putih di pinggir pantai. Mentari pergi secepat senyum yang menghilang dari wajahmu. Ya, kita berkebalikan. Kamu, penyuka senja dan pantai. Aku, penyuka hujan dan pegunungan.

Aku bergegas menarik lenganmu, menyelamatkan sang penyuka senja dari hal yang tidak disukainya. Kita berdua berlarian di tepi pantai. Andai ini adalah bagian dari adegan sebuah film, aku akan menjadi aktor yang paling beruntung karena menjadi penyelamatmu.

Ajaib, sungguh ajaib. Gerimis yang meriuh deras itu tak berlangsung lama. Ah, andai waktu dapat kuhentikan sebentar saja, agar aku bisa lebih lama menikmati senyummu. Begitu bahagianya kamu, ketika matahari muncul kembali, membawa jinggamu kembali. Oh, ternyata tak hanya jingga kali ini, pelangi pun ingin melihatmu tersenyum. Jingga, pantai dan senyummu. Sungguh senja yang sempurna. :)

7 komentar:

  1. sukses terus teh :)
    suka bagian ini > Kamu selalu rindu senja, karena senja yang menjemput beribu bintang-bintang.

    ditunggu ya releasenya. aku mau pesen satu ^^

    BalasHapus
  2. paling suka sama quote ini teh...
    "Ya, bagimu senja adalah waktu ketika Tuhan menurunkan berjuta cinta ke bumi."

    =D

    BalasHapus
  3. @Reiny wow.. big thanks adek, untuk apresiasinya, pesen..? wah..makasih yah ^__^V kata2 ini ada diadaptasi dr foto-narasi sunset di rinjani :)

    @helianthus linn makasih yah.. padahal setiap detik adalah cintaNya :))

    BalasHapus
  4. romantis :)

    suka --> “ Sepertinya akan hujan ”, katamu. Aku hanya tersenyum.

    BalasHapus
  5. @reiny :))

    @Kiki : iya? romantis ya? ehehe.. :D

    BalasHapus
  6. sukaaa.. dan aku suka sekali senja, pantai ombak dan kawan2nya hehe..

    *kabarnya sudah ke penerbit ya? kabarin kalo udah cetak ya neng. pokoknya aku mau :D

    BalasHapus
  7. wah.mksh teh Ne, duh malu dikomen sm penulis :)
    gini teh, naskahnya ditawarin ke penerbit Elex, doakan y smg di ACC, klo pun tdk ttp akn sy terbitin independent, hehe :))

    BalasHapus