Sabtu, 31 Agustus 2013

Bait-Bait tentang VAGUE

  

Setiap orang bebas bermimpi apa saja. Dunia tak pernah melarang mimpi, tapi dunia seringkali mencibir terlebih dahulu, membuat kita berjalan mundur dan mengkhianati mimpi-mimpi besar kita. Saya percaya, setiap orang pasti memiliki mimpi-mimpi keren. Namun, ada yang masih setia dengan mimpinya, ada yang mulai melonggarkan mimpinya, atau mungkin, dan semoga ini tidak banyak, ada yang mulai melupakan mimpinya.

Orang-orang di sekitar pusat gravitasimu-lah, yang sangat berpengaruh terhadap langkah mimpimu. Alhamdulillah, saya dikelilingi orang-orang hebat, orang-orang yang menyayangi saya dengan caranya masing-masing, dengan kata-kata dan perbuatannya membuat saya tak menyerah terhadap mimpi yang satu ini : VAGUE.

Saya adalah orang yang menyukai seni, art, dan hal-hal unik lainnya. Sangat-sangat menghargai karya cipta manusia. Menyukai membaca dan menulis sejak kecil. Hobi lebih tepatnya. Karena sampai lulus kuliah, akademik saya : IPA. Lucu sekali, ketika SMP saya mempunyai buku khusus tulisan-tulisan cerpen saya (buku itu di mana ya sekarang, kalau ada pasti saya cekikikan sendiri membacanya :D). Sahabat-sahabat saya satu kelas adalah pembaca setia tulisan-tulisan absurd saya :p Setelah selesai membaca, mereka akan memberi komentar, saran, dan kritiknya, dulu belum ada media sosial semacam facebook. :XD Lalu beberapa kali saya menjadi utusan sekolah untuk lomba-lomba mengarang, alhamdulillah menang hehe.. hadiahnya pernah berupa tabungan dari Bank Indonesia, 300 ribu, waduuh untuk ukuran saat itu, sudah besar sekali, uangnya saya pakai untuk bayar bimbingan belajar saat kelas 3 SMP :D

Ketika membaca status facebook saya, atau narasi-narasi awal saya, banyak sekali yang berpendapat saya galau, lebay, melankolis dan sebagainya. Padahal saya orangnya sanguinis banget loh :D Tapi ngga apa-apa, menulis itu kan sebenarnya bukan berarti menuliskan perasaan kita yang sebenarnya. Saya tetap menulis.

Ramadhan tahun 2011, saya berkenalan dengan Pak Fendi Siregar, beliaulah yang mengajari saya fotografi, dari nol, saya tidak mengerti apa-apa. Sekarang juga belum ngerti sih, hehehe.. maaf Pak Albus, muridnya gini-gini aja :D Setiap perkataan beliau saya ikuti, dan saya memotret ya memotret saja, apa yang menurut saya menarik. Hingga pada satu titik, saya merasa lebiih tertarik memotret sesuatu yang abstrak, dan saya jadikan foto hitam putih. Ada kesan lain yang saya rasakan.


Selanjutnya saya rutin memotret, di mana saja, di jalan, di rumah, saat traveling, memotret apa saja. Linier dengan menulis narasinya. Bukan puisi mungkin, hanya penyertaan sebuah perasaan, menyertai sebentuk gambar atau foto. Karena, sejatinya, foto sudah berbahasa, tanpa harus diberi kata :)

Saat itulah, saya ingin sekali mendokumentasikan karya ini dalam sebuah buku. Pada saat itu saya belum tahu konsep jelasnya, hanya berkeinginan membukukannya, walau hanya untuk saya sendiri. Kebetulan beberapa orang sahabat yang suka membaca karya saya menuturkan hal yang sama, terima kasih ya, kalian salah satu alasan kenapa buku ini harus diwujudkan.

Mulailah saya diam-diam mengumpulkan bahan, searching penerbit, major maupun indie. Setelah 60 % naskah terkumpul, saya ditawari untuk mengirimkannya ke sebuah penerbit major, oke apa salahnya, hehe.. Sambil menunggu, saya cicil kembali pengerjaan buku ini. Beberapa bulan berselang tak ada kabar dari penerbit itu, lalu saya juga berpikir buku jenis ini bukan buku yang sedang diminati pasar. Akhirnya saya memutuskan untuk menerbitkan via penerbit indie saja.

Proses yang lama, sangat lama, dan beberapa orang sudah menanyakan kapan bukunya terbit :D Ternyata mempunyai banyak teman-teman hebat ada gunanya, sangat-sangat menyenangkan, alhamdulillah. Mulai dari link penerbit keren (Kang Bowo, makasih ya info penerbit kang Pedronya, via Teh Uta KKMA juga, thanks so much), fotografer keren sekaligus pembuat cover buku saya yang mengagumkan, (halo presiden galaksi Caesar Resi Lot Octodema = Tutut : kamu menghilang, apa kabar? ^_^V),  teman diskusi : Riyan, Fiersa, Pak Albus keren (yang memeriksa naskah awal saya, yang menyemangati ketidakpedean saya, hiks.. mksh pak guruu), sahabat-sahabat yang membuat saya teringat ada mimpi yang harus diselesaikan (Kiki, Nanda, Teza, mbak Yunita Dwi H., mbak Indah Lestari, dll), dan kamu yang pernah bilang kalau saya bisa jadi penulis, dulu sekali saat kita baru awal-awal berkenalan, makasih ya Fajar Ramadhan, ... :)

Beruntung itu adalah, mendapatkan tempat percetakan keren, di daerah Bandung, yang ternyata adalah percetakan yang membuat kartu nama Ridwan Kamil, Cover album Dee, Mocca, Homogenic, dan the Sigit.. >.< makasih kang Pedro, April dan crew :)

Mengapa indie? iya, sebenarnya banyak alasannya. Mulai dari ukuran buku yang tak lazim, kertas, konsep saya, hingga ke hal logis soal harga. Kalau saya menerbitkan via penerbit indie yang sudah ada, maka photobook ini harganya akan berada dikisaran 150rb ke atas, wah.. kemahalan.. , itu salah satu alasannya, walau ada yang bilang, ngga apa-apa teh, tetap akan saya beli *terharu*

Setelah menemukan percetakan yang cocok, maka proses bolak balik edit masih dilakukan, disela-sela mengajar dan segala hal. Kalau ingat itu.. rasanya... :))

Alhamdulillah, buku ini adalah salah satu kado istimewa yang saya terima di 29 Juni lalu, salah satu. Kejutaan sih sebenarnya, karena pada tanggal 29 Juni itu, saya hanya akan mempir saja ke kantor percetakannya, mau cek saja, ternyata.. bukunya baru banget jadi ^_^


Makasih ya Fajar Ramadhan sudah bantu-bantu, angkutin, bungkusin, nemenin, hehe.. :D Selanjutnya photobook sederhana ini pun sampai di tangan teman-teman mengagumkan yang PO pertama. Big thanks untuk kepercayaannya, apresiasinya, dan testimoninya, sangat-sangat berarti untuk saya. Sungguh berterima kasih ^_^

Terima kasih juga untuk sahabat-sahabat yang inisiatif mengupload foto ketika bukunya tiba, dan memberikan testimoni, kalian kereen sih ^_^V


Kejutan manis dari Nanda & Kiki : Bukunya sudah sampai dan dibaca Dewi 'Dee' Lestari ^_^


Sigit Mahardika, teman kuliah saya yg fotografer pesan buku ini 4, buat teman-temannya hehe, kata dia : very enjot puisi dan fotonya, tapi lay out nya kurang nendang, terlalu sopan untuk buku indie (iya sih, aku tak pandai lay out belajar ah :)) Judulnya suka, foto-fotonya vague banget, pas baca buku ini berasa banget masuk dunia samarnya cappucinored. Kalau temannya bilang sih, puisinya terlalu personal, tapi foto dan puisinya klik :D


Yeah, dibaca juga sama Teh Aima : fotografer favorit saya ^_^V

dan sampai juga ke Teh Sha 'poeticpicture' ^_^

#VAGUE is :


Penggalan Testimoni sahabat-sahabat, makasih ya :)

"Teruntuk : hati-hati yang tersamarkan oleh perasaannya sendiri" >> cetar teh (Adityo Arief Bachtiar)

"Puisinya indaaah sekali dan fotonya sarat makna" (Mbak Fully)

"Sukaaaaaaaaaa :D" (Madame Irma Susanti)

"Ada beberapa hal yang nggak boleh dikombinasikan sama Vague : hujan, mendung, Brian Mcknight, brownies & caffe latte. Bahaya. Melankolis total, hahaha... " (Agung Wibowo)

"Kalo aku diminta mendeskripsikan Vague dalam 10 kata, akan kutulis : WOW WOW WOW WOW WOW WOW WOW WOW WOW WOOOW!" (Fa Absari)

"Karya keren, terus berkarya :) " (Fie Keril, Bu RT Grup Sahabat 5cm)

Vague for Teh Epiest :)

From Teh Epiest :) 

Photobook saya : di atas buku Om Dhonny hihi :XD


Vague For Az Zahra Deena Maesa :)

Vague For Nabila (murid saya yg udah lulus, sekarang kelas 3 smp ssst :p)


Vague for Cintia ~


Vague For Rifka :)


P.S PO ketiga sudah dibuka, jika berminat komen saja ya, trims before :)

3 komentar:

  1. kakak, bukunya harganya berapa sih? hihi :D

    BalasHapus
  2. maaf br bales... sudah ya dibales di fb hehe nuhuun :)

    BalasHapus
  3. Bukunya keren. Terima kasih sudah melahirkan Vague 🙏

    BalasHapus