Sabtu, 08 Februari 2014

1488 Jam



Hai, kamu, lelaki yang menjabat erat tangan Ayahku saat perjanjian yang menggetarkan langit dan bumi itu terucap, apa kabar? Katamu, kamu sudah makan siang ya, syukurlah. Jangan lupa, naikkan berat badanmu, kamu masih kurus.

Hai, kamu, lelaki yang memintaku untuk menjadi teman hidupku beberapa waktu lalu, tahukah kamu? Sudah kurang lebih 1488 jam kebersamaan kita. Iya sih, kebersamaan yang belum sepenuhnya, berjarak antara Bandung dan Bekasi, sudah seperti sajak saja ya kisah kita.

Mungkin kisah kita yang baru seumur jagung ini terlalu sederhana ya untuk kita ceritakan kepada dunia, siapalah kita. Tapi, aku sungguh ingin mengatakan : Aku bahagia bersamamu, menjadi bagian hidupmu, hari ini dan untuk selamanya.

Betapa membahagiakan saat kau memperkenalkanku kepada saudara-saudara, teman-temanmu, bahwa aku adalah istrimu. Betapa membahagiakan ketika aku bisa membuatkanmu sarapan atau bekal untuk kau bawa ke kantor, lalu saat pulang kantor dan aku cek, ternyata kamu menghabiskan bekalmu. Apalagi saat kau bilang masakan buatanku enak. Iya, padahal aku masuk dalam kategori istri yang baru belajar masak. Membahagiakan bahwa, kamu orangnya yang kutemui pertama kali saat pagi hari dan mengucapkan selamat tidur saat malam hari. Membahagiakan, bahwa aku saat ini adalah perempuan kedua yang kau cintai setelah ibumu.


Jarak memang rasanya ambigu. Di satu sisi, kita berdua ini masih seperti orang yang pacaran, menanti-nanti saat kita bisa bertemu. Namun, di sisi lain, terkadang aku sedih ketika aku sangat merindukan. Resiko, hubungan jarak jauh.

Hai, lelaki bermata sipit (Ups.. kamu jangan marah ya dibilang begitu, habis matamu sipit-sipit seperti orang jepang sih.. ), terimakasih ya untuk segalanya. Untuk menyayangiku sepenuh hati, untuk memberikan sabarmu saat mood swing-ku kumat, untuk segala kepercayaan atas aktivitasku yang masih ke sana-ke sini, untuk perhatian dan perlindungan yang kau berikan.

Kamu tahu? Aku adalah perempuan yang sangat beruntung bisa bersamamu. Kamu dengan segala kelebihanmu, pun kekuranganmu. Tidak, kisah kita bukan kisah yang sempurna. Karena sempurna itu adalah persepsi. Kita, kita yang harus berusaha menjadi pasangan yang sempurna. Bersamamu, aku selalu bisa merasakan nyaman. Bersamamu, aku selalu menemukan rumah, tempat aku bisa selalu pulang kapan saja


Semoga perjalanan kita bisa terus bahagia. Aku mau, menjadi yang sempurna untukmu.




Teruntuk : Teman Perjalanan, " Selamat tanggal 8 sayang, semoga kita selalu bisa menjadi 'rumah' untuk satu sama lain, I love You :) "


Tertanda,

Istrimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar