Senin, 03 Februari 2014

Tentang Cinta yang Sederhana




Teruntuk : Teman Perjalanan


Selalu saja ada hal yang tak terduga. Di luar rencana.

" Aku harus pergi sekarang, ada meeting ternyata...", Dia berkata sambil merapikan jaketnya. Udara pagi ini dingin memang.

Aku tersenyum. Walau sedikit kecewa sih, pagi ini kita melewatkan sarapan pagi bersama.

" Nasi gorengnya dibekal saja kalau begitu ya? ", aku berseru sambil memindahkan nasi goreng yang masih hangat ke tempat bekal, tanpa meminta persetujuanmu. Kamu mengangguk sambil berkata "terimakasih", dalam senyummu.

Kamu berlalu dalam deru suara motor vespa kesayanganmu, juga kesayanganku. Aku memandangmu sampai sosokmu tak terlihat lagi. Rutinitas, keseharian, dan menimbulkan rindu.


Aku terbangun dan sedikit kaget ketika kulihat hari sudah beranjak siang. Terkaget-kaget kudapati banyak sekali pesan chat dalam ponselku, salah satunya, darimu.


" Nasi gorengnya enak sekali... :) " 

Aku tersenyum dan hatiku menghangat. Sesederhana itu cinta.


Terimakasih, teman perjalanan. Sudah beribu detik yang kita lalui, banyak sudah rutinitas yang kita lewati. Terimakasih untuk mengajari aku tentang cinta yang sederhana itu. Cinta yang tak melulu soal kata-kata romantis, yang harus terus dikatakan. Terimakasih untuk selalu menghargai apa yang kulakukan. Aku tahu, nasi goreng buatanku tak seenak itu.

Terkadang, ada waktu-waktu yang tak bisa kita lewatkan bersama, tapi denganmu, yang terlewatkan itu selalu tergantikan. Aku tahu, kita bukanlah abadi. Aku mau meng-abadi bersamamu, belajar membuat kenangan tentang cinta yang sederhana itu.

" Karena cinta memang harus diusahakan ".
P.S : Selamat senja, teman perjalananku :)


Bandung, 3 Februari, di hari yang beranjak senja.



3 komentar:

  1. kalo kata teja mah "dijaga ya bahagianya" ;)

    BalasHapus
  2. wow.. : dijaga bahagianya, yes i will, and you too :)

    BalasHapus
  3. Jadi inget permainan pagede-gede cinta yang ada di buku secangkir kopi inspirasi

    BalasHapus