Minggu, 30 November 2014

Kopi dan Sebuah Perjalanan


Pertemuan pertama kami di kedai kopi


Kopi.  Rasa-rasanya ada begitu banyak pecinta kopi di dunia ini. Bahkan, kini kopi dengan segala daya tariknya, telah menjadi bagian dari gaya hidup, terutama di kota-kota besar. Terlepas dari kebiasaan, ngopi adalah denyut nadi kesehariaan yang dapat kita temukan di beberapa daerah di Indonesia.

Saya dan partner sama-sama mencintai perjalanan. Traveling ke tempat-tempat indah di Indonesia adalah impian kami. Gunung, pantai, wisata budaya hingga wisata museum sama-sama menarik. Perjalanan selalu memberi kejutan-kejutan dan hadiah berupa kenangan yang tidak dapat ditukar harganya dengan sejumlah uang. Kenangan itu lebih mahal. Lebih abadi.

Saya dan partner pun sama-sama mencintai kopi. Saya dan dia pertama kali bertemu di sebuah kedai kopi di Bandung. Namun, saya lebih addict sih dibanding dia. Saya biasa minum kopi setiap hari. Gara-gara bapak saya mengenalkan kopi sejak kecil. Dulu, saya suka icip-icip kopi bapak. Sekarang, melepaskan diri dari kopi rasanya agak sulit ya, sudah jadi bagian keseharian banget.

Apa hubungan kopi dan perjalanan? Indonesia adalah negeri yang sangat indah, kaya akan budaya dan kulinernya, juga soal kopi khas daerahnya. Selain tentu saja menikmati alam dan ragam budaya di tiap daerah yang kami singgahi, menikmati secangkir kopi khas daerah tersebut tidak boleh dilewatkan. Walau hanya kopi ala warkop, beda rasanya jika dinikmati bukan di tempat sendiri.

Pengalaman paling mengesankan sejauh ini adalah menikmati secangkir kopi sanger di Banda Aceh. Sangat penasaran dengan budaya minum kopi di sana, yang menurut kabar sudah menjadi kebiasaan yang lekat pada penduduknya. Lepas magrib, kami menyusuri jalanan kota Banda Aceh, setelah menunaikan kewajiban di mesjid Baiturrahman yang indah. Warung-warung kopi masih sepi ketika kami memasuki salah satunya. Bingung mau mencicipi kopi apa, maka kami meminta teman untuk dipesankan saja yang paling khas dari Aceh. Sanger, pilihan itu kami setujui.


After sanger time 


Segelas kopi sanger akhirnya tiba di meja kami. Penampakannya sih biasa saja. Mirip dengan kopi susu. Dalam hati, ini sih kopi susu. Tapi, setelah dicecap satu teguk. Wow! Rasanya nikmat banget. Satu gelas tandas. Sayang, kami harus segera kembali ke Medan, mengingat jadwal bus yang sudah kami kantongi. Rasa kopi sanger itu masih terasa hingga kini, tak terlupakan. Sepertinya, kami harus kembali ke Banda Aceh suatu hari nanti, demi menikmati segelas atau beberapa gelas kopi sanger.

Kopi memang teman perjalanan yang pas. Selain harus mencecap kopi khas daerah yang kami singgahi, di perjalanan pun harus ada kopi yang menemani. Nescafe. Sangat pas menikmati perjalanan kami. Biasanya sih saya dan partner membawa bekal Nescafe kemasan kaleng 240 ml. Nescafe Original atau Nescafe Latte biasanya menjadi pilihan. Perjalanan dekat atau jauh, lebih pas rasanya ditemani kopi, ditemani Nescafe.  Kemasannya yang aman dan praktis, bisa dinikmati kapan saja, selain tentu saja rasa kopi susunya kopi banget. Buat saya yang tak terlalu suka manis dan tidak suka banyak gula ketika ngopi, Nescafe pahitnya pas. 


NESCAFE menemani setiap perjalanan


Naik gunung pun mesti membawa serta Nescafe, selain yang sachet tentu saja. Namun, ketika kita naik gunung, traveling atau ke mana saja, sampahnya tetap harus dibuang ke tempat sampah. Jika naik gunung pun, jangan tinggalkan sampah di atas, bawa lagi ke bawah dan buang di tempat yang semestinya.

So, kopi dan sebuah perjalanan, benar-benar tak bisa dipisahkan, bukan? Selamat menjejak setiap perjalanan dan menikmati secangkir kopi!







____

*510 kata, tidak termasuk judul dan catatan kaki

* Tulisan ini diikutsertakan dalam T & C #DiBalikSecangkirKopi 

* Twitter : @cappucinored , FacebookWindri Fitria

* Foto-foto perjalanan adalah koleksi pribadi penulis






Tidak ada komentar:

Posting Komentar