dari sudut 22D-22E kereta kahuripan, 3 Mei 2012 |
Perjalanan ini adalah perjalanan kesekian kalinya yang saya lakukan. Awalnya sih hanya seputaran bandung-Yogya saja, tapi tiba-tiba ada yang kepengen ke Dieng sana :p Menarik juga kayaknya mengunjungi dataran tertinggi kedua itu, apalagi ada teman yang baru pulang dari sana dan melihat foto-fotonya yang keren :D
Singkat cerita, setelah googling, diskusi dan bertanya teman, rute perjalanannya jadi berubah, Bandung-Dieng-Yogya-Bandung ^__^V.
Sebelum dipertanyakan kredibilitas saya sebagai seorang guru gara-gara jalan-jalan melulu, ko bisa jalan-jalan lama, ngga ngajar..?? Kebetulan tanggal 7-9 Mei anak-anak UN, jadi saya libur :D
3 Mei 2012
Kamis, 3 Mei 2012, Stasiun Kiaracondong cukup ramai. Setelah seharian padat beraktivitas di sekolah, ngajar full, rapat rutin kamis sampai sore, *thanks bos*, pulang ke rumah hujan gede sedikit badai *kenyataan*, hanya ada satu yang sedikit membuat lega, saya sudah packing dari hari sebelumnya, hehehe.. jadi sampai rumah tinggal mandi dan siap-siap ke stasiun. Mengecek orang Bekasi yang mepet-mepet pula lagi jadwal travelnya.. doh.. :D Mana dia bilang travelnya ngga sampai poll surapati pula, beda jurusan, hehehe.. tapi alhamdulillah orangnya nongol duluan di stasiun sepersekian detik lah dibanding saya.. :p
Kereta api kahuripan ini sebenarnya sampai ke Kediri sih tujuan akhirnya,1 tiket kereta ekonomi seharga Rp.35.000, jadi waktu pesen tiket seharusnya saya beli tiket yang Kutojaya saja, lebih murah, sehaga Rp.22.000, karena kami akan turun si stasiun Kroya. Dan sekedar info (bagi yang belum tau), pesanlah tiket kereta jauh-jauh hari sebelum keberangkatan, agar tidak keduluan sm om calo :D
Malam itu kereta Kahuripan sesak oleh penumpang. Di depan saya dua orang ibu-ibu yang sepertinya kakak beradik atau bersaudara. Yang membuat iri adalah selama perjalanan mereka nyenyak sekali tidurnya, berbeda dengan saya yang susaaaaah banget mau tiduur.. *malang benar*. Padahal saya lelah sekali seharian. Kalau orang lain mungkin berlaku teori, semakin cape maka tidur akan semakin nyenyak, namun tidak demikian dengan saya. Terimakasih :D
Oh ya, ada bonus nih saat dinihari. Bulan nampak penuh dan indah dari atas kereta api, sayang tidak terabadikan :D
4 Mei 2012
Kereta Kahuripan mengantar kami ke stasiun Kroya masih pagi sekali. Kurang lebih pukul setengah 4 pagi. Celingak celinguk mengamati keadaan di stasiun sambil mencari-cari informasi, bagaimana caranya kita bisa sampai ke terminal Purwokerto. Akhirnya kita diberi tahu ada bis yang bisa membawa kami ke sana, tapi kita harus berjalan kaki sedikit ke tepi jalan. Keluar dari area stasiun, kami ditawari naek becak, tapi saya pikir, dari semalem udah duduk melulu, pegel juga mendingan jalan siih...hehe..menikmati udara pagi hari (lebih tepatnya, subuh hari di Kroya :D). Kurang lebih 10 menit lebih berjalan kaki kita sampai di pertigaan. Di sana sudah ada bis jurusan Purwokerto yang ngetem. Sekedar info, ada hal yang menarik yang saya temui, mas-mas supir dan tukang ojegnya mengenakan baju batik yang seragam :)
Perjalanan subuh hari yang kami tempuh sejam untuk sampai ke terminal Purwokerto, biaya bisnya Rp.10.000 (kalo ngga salah :p). Satu jam dan cukup tergunjang-gunjang, khas bis-bis Jawa Tengah :D
Jadi kalau kalian ke sini, bayangkan saja sedang berarung jeram di daratan :p Kami sholat shubuh di sebuah mesjid di terminal Purwokerto. Dan lagi-lagi ada hal menarik di sini. Ke dalam mesjid, barang-barag bawaan kita ngga boleh ikut serta, harus dititipkan, dan ngga ada choice lain, harus :) Biasanya kan cuma sendal or sepatu aja kan ya.. barang-barang harus dititipkan sih kalau kita ke tempat-tempat di mall :D Alasannya biar kebersihan mesjid terjaga, dan memang mesjidnya rapih dan bersih, untuk ukuran mesjid yang ada di area terminal :)
Pukul 5 tepat kami meneruskan perjalanan ke Wonosobo. Dan sama dengan bis sebelumnya, bisnya melaju cepat dijalanan yang bergelombang, jadi serasa arung jeram gitu :p Mentari meninggi dan bis makin disesaki penumpang. Bis ini membawa kami ke pertigaan Wonosobo. Ongkos bis dari Purwokerto ke Wonosobo sebesar Rp.18.000.
Kami tiba dipertigaan Wonosobo sekitar pukul delapan pagi. Menikmati sarapan teh manis dan gorengan pinggir jalan sambil menunggu bis berangkat :) .
Pertigaan Wonosobo ini adalah spot terakhir menuju Dieng. Tapi dari sinilah kita bisa menikmati perjalanan.Sepanjang jalan kita bisa menikmati pemandangan perbukitan, dengan view gunung Sindoro-Sumbing-Slamet. Kereeen ^__^V
Ongkos bis dari pertigaan Wonosobo ke pertigaan Dieng sebsar Rp.10.000. Kami tiba dipertigaan Dieng sekitar pukul setengah sepuluh pagi. Ketika turun dari bis jangan heran kalau akan ada beberapa tukang ojeg yang menawarkan jasanya. Mereka menawarkan untuk mengantar ke tempat-tempat wisata yang ada di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Tapi karena sebelumnya kami sudah mencari-cari informasi bahwa letak dari objek-objek wisata di kawasan Dieng itu saling berdekatan. Jadi, kami memutuskan untuk berjalan kaki saja, lagian sayang banget sih kalo pake ojeg, ngga bisa puas nikmatin pemandangan di Dieng, belum tentu bisa ke sini lagi kan..??
Akhirnya berjalan kaki-lah kami. Dalam hati sih ragu, soalnya ngga ada tanda-tanda keberadaan objek wisatanya. Satu-satunya cara yang paling bijak adalah bertanya. Bertanya ke penduduk setempat. Kami hendak ke Telaga Warna. Katanya sih arahnya sudah benar, tinggal ikuti saja jalan raya terus, nanti juga ketemu. Hmm.. baiklaah.. perjalanan dilanjutkan. Ngga rugi juga sih jalan kaki.. pemandangannya indah ^__^V trus jalanannya ngga terlalu rame pula :)
sepanjang jalan menuju Telaga Warna - Dieng :) |
nemu yang beginian di pinggir jalan ^__^V |
Jalanan masih sepi dan belum menunjukkan tanda-tanda keberadaan si Telaga Warna, duh... tapi, karena sebelumnya juga udah nanya lagi sama bapak yang bawa dokar kalo udah ngga jauh lagi, akhirnya dengan yakin setengah ragu (saya sih itu mah, dia mah engga kayaknya :p) kami melanjutkan perjalanan (lagi). Akhirnya! Gerbang masuk Telaga Warnanya keliatan sodara-sodara, asiik ^__^V
Tapi dasar ya, terakhir makan itu adalah ngemil gorengan pagi hari, jadi milih makan dulu :p Bingung makan apaaaa...??? *udah laper, bingung, males.. :p Mie ayam akhirnya jadi pilihan. Tapi emang ngga tau kenapa sih males juga makan nasi :D
Makan sambil nebeng nge-cash kamera dan handphone *klasik banget yah! Udah gitu ikut ke kamar mandi pula, haha.. sekalian deh.. ibunya baik juga :D Makasiih ya ibuu ;)
Waktu itu sekitar jam setengah dua belas lebih lah ketika kita masuk ke kawasan Telaga Warna. Harga tiketnya cukup murah loh, hanya Rp. 6.000,- saja. Penasaran sih pas masuk, mana-mana telaga nya... dikirain bakalan jalan agak jauh gitu ke dalamnya, taunya cuma jalan semenit dua menit telaga yang indah itu udah di depan mata, aduuh.. subhanallah banget lah pokoknya... indaaaah ^__^V
Telaga Warna sekitar pukul 1 siang , penuh kabut :) |
Saya, adalah orang yang akan langsung diam sih kalau melihat pemandangan yang menakjubkan, dan akan mengapresiasinya dalam bentuk JPG *memotret* :D
Satu hal lain yang saya suka adalah di sana tempatnya sepi, tidak terlalu ramai dan hiruk-pikuk. Cocok sekali untuk menenangkan pikiran :p Di tepi Telaga Warna ada tempat duduk yang terbuat dari bekas patahan pohon, kalau nanti kamu berkesempatan ke Telaga Warna Dieng ini, cobalah duduk di situ, view yang akan kau dapat sangat-sangat pas, sepanjang mata kamu memandang, telaga akan terbentang di pelupuk matamu, sangat indah ;)
Betah duduk-duduk di bangku itu, kalau ngga inget sama waktu sih :p
dari bangku itu :D |
Nah... di Telaga Warna juga ada yang unik, ada 2 potongan kayu besar yang menjorok ke dalam telaga. Jadi ya kalau kamu cukup 'pemberani' *uhuk bisa loooh jalan-jalan naik ke potongan pohon besar itu trus di foto-foto deh di situ, kayak saya :p
hebat kan berdiri di situ :p |
Hati-hati aja sih, pohonnya suka goyang-goyang, kalau kamu ngga sanggup tinggal lambaikan tangan aja :D
tapi saya ngga berani duduk sih , ngga berani jalan lebih jauh :p |
Ada yang unik juga dari telaga ini, karena kandungan belerangnya yang cukup tinggi, air telaga ini bisa berubah warna loh, waktu kita ke sana sempat melihat dari abu-abu ke hitam... unyuu ^__^V
air telaga yang berubah warna :) |
Selain telaga nya indah, kita bisa berjalan-jalan di sekitar telaga, sejuk deh.. adeeem...Kebetulan sekali waktu itu hujan menyapa siang di telaga warna. Berwudhu untuk sholat dhuhur itu sesuatu sekali dinginnya. Airnya dingin sekali sodara-sodaraa >.<
Hujan siang hari itu indah sekali. Ketika kami akhirnya melanjutkan perjalanan menuju theater. Letaknya lebih ke atas lagi. Sisa-sisa hujan masih memberikan kesejukan dan membuat tanah basah juga tetes-tetes air yang menempel di dedaunan juga ranting-ranting pohon. Sukaaaa.... ^__^V
sehabis hujan siang hari :) |
Menurut informasi yang kami terima, pertunjukan theater, atau lebih tepatnya pemutaran film dokumenter akan tayang sore hari. Lumayan juga ya naik ke atas, rada pegel, hehehe.. untungnya pemandangan di sana indah, jadi ngga terasa :D
Sesampainya di tempat teather, sudah ada beberapa orang yang sepertinya akan menonton juga. Tapi ternyata pertunjukannya belum akan dimulai. Kami pun duduk di pinggiran ruang theater. Di sekitar situ ada warung yang menjual kentang dan jamur crispy. Seorang anak perempuan, yang sepertinya putri dari ibu penjual sempat menawari kamu jamur crispy. Awalnya sih kami ngga antusias, tapi yah dari pada nunggu sambil bengong, akhirnya kami pesen juga tuh jamur crispy sama kentangnya juga . Taraaa..... ternyata enak banget deh jamur crispynya, jadi nambah lagi, hehehe.. *doyan apa laper? :p*
Pernah dengar kan tentang anak gimbal di Dieng? Ada cerita yang lucu, jadi gini, entah kebetulan atau apa, anak perempuan dari ibu penjual jamur crispy itu ternyata anak gimbal, orang sana menyebutnya anak gembel. Awalnya kami ngga tahu anak itu berambut gimbal, soalnya emang ngga keliatan. Anak itu antusias banget deketin kita, eh pas lagi makan ngga sengaja rambutnya keliatan gimbal, jadinya pas udah ketahuan anak itu trus kabur deeeh.. >.<
Anak gimbal itu ngga seperti anak kebanyakan. Mereka terkadang jadi menutup diri karena keberadaan dirinya yang tak sama dengan anak-anak seusianya. Jadi mereka suka bete aja kalau orang-orang sekitar mereka terlihat tertarik dengan rambut gimbalnya. Sebelum seorang anak menjadi gimbal, biasanya dia akan menderita demam tinggi terlebih dahulu. Begitu pun apabila rambut gimbalnya akan bertambah, dia akan demam lagi. Lalu, kapan rambut gimbalnya boleh dipotong? Biasanya anak gimbalnya yang bilang, rambutnya mau dipotong. Rambutnya ngga boleh dipotong kalau si anak belum minta. Nah biasanya acara potong rambut anak gimbal ini dihadiri banyak turis, sekitar bulan Agustus. Si anak gimbal biasanya juga punya permintaan khusus ketika rambutnya akan dipotong, ada yang minta dibelikan sepeda, hewan peliharaan dan lain-lain.
ini dia si jamur crispy yg enak itu :D |
men-candid si anak gimbal dari belakang, gimbalnya kembar! ^__^V |
*bersambung(lagi)
mantap.. klw ada post baru kirim" ya
BalasHapusoke sip... mksh ya :))
BalasHapus