Ucapan yang membuat haru, tepat diucapkan suami pada saat
hari ibu. Menjadi calon ibu dari seseorang yang kita cintai, rasanya begitu
membahagiakan.
Kami adalah pasangan yang menikah pada Desember tahun 2013.
Pada akhir Desember, surprise, saya
positif hamil. Memang setelah menikah adalah masa subur saya. Pada saat yang
bersamaan, saya didera kesibukan akhir tahun ajaran di sekolah, pun perjalanan
pulang pergi, Bandung – Cimahi menggunakan motor, juga saat weekend terkadang ke Bekasi. Selain itu
ada infeksi juga yang saya alami, sebenarnya dokter menyarankan untuk bedrest saja.
Bahagia itu ternyata belum untuk kami sepenuhnya. Saat USG, tidak
terlihat ada kantung hamil. Dokter membesarkan hati saya, namun di saat yang
sama, dia juga berpesan, jika beberapa hari ke depan saya haidh, mungkin belum
rezekinya. Kami berbesar hati ketika perkataan dokter pun menjadi kenyataan. Saya
mengalami abortus spontan dan blighted
ovum, itu istilah medisnya. Tidak ada kantung hamil dan janin pun tidak
berkembang. Merasa bersalah tentu saja, tidak menjaga amanah, namun suami menguatkan.
Bulan demi bulan, kami menunggu. Menunggu memang terkadang
kurang menyenangkan ya, tapi suami selalu membesarkan hati dan mengingatkan
untuk bersabar. Toh, kami pun baru saja menikah, jadi berdoa dan bersabar saja kuncinya,
dengan tetap berusaha.
Ada perasaan haru ketika setelah selesai sholat, dan saat
kebetulan kami tengah berjamaah, suami dengan khusyu berdoa. Saya tahu salah satu
doanya adalah agar kami segera diberi keturunan. Lalu diam-diam saya peluk
punggungnya dari belakang, betapa saya menyayanginya.
Sedih rasanya saat setiap bulan woman period itu datang. Kok, belum positif juga ya? Saya membangun
motivasi lagi dan menuruti saran dokter untuk mengkonsumsi asam folat. Salah
satu ikhtiar, dan juga lebih disiplin terhadap pola makan food combining yang saya jalani. Juli 2014 akhirnya saya memutuskan
cuti mengajar pula, agar tidak terlalu kecapaian. Berharap ikhtiar ini
membuahkan hasil.
Penghujung September 2104, bulan ke sembilan pernikahan
kami. Saya merasa ada yang tak beres dengan kondisi badan saya. Sakit perut, ngga enak perut, sering buang air kecil,
sering terbangun juga saat malam, padahal sejak menikah intensitas begadang
saya sudah sangat jauh berkurang. Aneh juga, ketika nafsu makan saya meningkat.
Saya pun tak menyadari kalau jadwal datang bulan saya terlambat.
Di hari ketiga saya terlambat haidh, akhirnya saya
memutuskan meluncur ke apotek, membeli test
pack. Saya mengatakan keanehan-keanehan ini pada suami, seperti biasa dia
menyampaikan sugesti yang menenangkan. Banyak-banyak berdoa, katanya.
Pagi itu tanggal 1 Oktober 2014. Setelah niat yang kuat pada
malam harinya, saya memberanikan diri untuk test
pack. Rasanya deg-degan sampai untuk membuka kemasan test packnya saja saya gemetaran. Saya berdoa dalam hati, bismillah. Saya celupkan alat testnya,
saya bertekad, mau berani melihat apapun yang terjadi. Sedikit demi sedikit
cairannya naik, satu srip terlewati, dan hati saya terlonjak ketika cairannya
tidak berhenti, lalu ada strip dua yang muncul. Jelas sekali. Selesai. Alhamdulillah.
Rasanya bahagia sekali, bingung juga di saat yang bersamaan. Ingin peluk suami,
tapi dia sedang prajab di luar kota. Salah tingkah jadinya.
Saat ini usia kehamilan saya memasuki minggu ke enam belas.
Mohon doanya ya dari semua :)
Puisi pertama untuk yang kami cintai |
*"Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Hamil dan Melahirkan ala Bunda Salfa"