Sabtu, 14 September 2013
Langkah
Ketika waktu telah menghadirkan lagi bayang embun di pagi hari, lalu kita telah menjadi orang asing lagi satu sama lain, akankah kau menyesali sebuah pertemuan?
Kita tak pernah meminta sebuah sore yang memaksa kita duduk berhadapan, dengan hanya dipisahkan dua cangkir kopi yang nyaris tak kita sentuh. Kita tak pernah mengharapkan akan saling berbagi kesedihan tentang sekelumit cerita cinta yang tak kesampaian.
Kita tak pernah menyadari ketika kedua tangan kita saling menggenggam saling menguatkan. Kita bukan terbawa keadaan.
Pemahaman selalu saja datang terlambat. Sesuatu yang datang dengan cepat, biasanya akan pamit dalam waktu yang cepat pula. Mungkin saja hati kita belum saling beradaptasi. Mungkin saja hati kita bukanlah rumah untuk satu sama lain. Kamu bukanlah sebuah kesalahan. Bukan pula datang di saat yang tak tepat. Aku tak pernah percaya terhadap sebuah kebetulan, dan aku tak pernah mau menjadi orang yang mudah menyalahkan.
Kabut tipis membelai ujung telingaku, menyusup pelan dan menghadirkan dingin yang entah mengapa menusuk hingga ke dalam hati. Kamu adalah serupa kabut, tak pernah bisa aku genggam dalam nyata.
Pagi yang lain hadir dalam episode yang berusaha aku bangun kembali. Mimpi buruk tentangmu nyaris tak pernah datang lagi. Jika musim gugur bulan-bulan mendatang membawa kabut yang tak pernah meminta ijin di sudut hatiku, aku telah siap untuk membasuhnya dalam-dalam. Tak pernah ada kenangan tentangmu lagi.
"Tak pernah ada yang salah dengan kenangan, kita yang kadang memaksanya tetap ada dan diam. Jika ingin beranjak, simpan dan melangkahlah tanpa menoleh lebih dalam"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
:)
BalasHapusseharusnya bisa move on. hiks!
marii melangkah :)
BalasHapus