Jumat, 30 Januari 2015

Kepada Lelaki Berkemeja Abu-Abu #1




Hai,

Sebenarnya, dulu, aku lebih suka melihatmu saat memakai kaos biasa, berkupluk, bersepatu gunung. Iya, jika kita sedang traveling, aku suka melihatmu.

Saat kini kita sudah jadi 'travelmate' yang sesungguhnya, entah mengapa, aku juga suka saat melihatmu mengenakan pakaian kantormu. Kemeja rapih dan celana bahan. Kamu ganteng.


Aku merapihkan dan mengancingkan kemejamu dengan perlahan. Kamu tersenyum seraya berkata, "Biar olehku saja.."

Aku membalas senyummu dan menepis tanganmu.

Aktivitas pagi kita, dulu,  beberapa bulan yang lalu.

Saat dingin mengetuk pintu kamar kita, saat kamulah wajah pertama yang aku lihat selepas lelap. Aku menikmati moment membangunkanmu dari tidur, atau yang lebih aku suka adalah memandangimu saat kamu terlelap. Damai. Kamu yang sangat mudah tertidur jika sudah bertemu bantal, sedangkan aku, sangat sulit untuk dapat lekas tidur.

Pagi dan segala kesibukan kita. Ah, aku sungguh merindukan itu semua. Kini, kita kembali terpisah jarak. Aku sungguh rindu membantumu merapikan kemeja, menatapmu yang tengah bersiap pergi ke kantor, menyiapkan bekalmu, dan mencium tanganmu sebelum punggungmu menghilang bersama hiruk pikuk pagi.

Aku rindu melihatmu memakai kemeja kantormu, terutama kemeja abu-abu itu.

Kemeja itu kini tergantung di lemari pakaianku, sedang kamu ada di tempat lain. Bersabar ya. Jarak akan berbaik hati kepada kita beberapa bulan lagi.


Tetap ganteng ya, kamu, lelaki yang berkemeja abu-abu.

Salam,

Istrimu.



2 komentar: