Sabtu, 17 Agustus 2013

Jendela Kaca





Pagi hari menyapa kesederhanaanku dalam jutaan tetes hujan. Harumnya membasuh tanah dan membentuk bulatan-bulatan air yang membentuk wajahmu. Seraut wajah sederhana, yang enggan hilang walau aku coba singkirkan.

Aku sedikit heran dengan diriku sendiri, bagaimana mungkin aku masih belum yakin akan adanya kamu, nyatanya dirimu. Mungkin kenangan-kenangan yang pekat membekas itu membuatku takut melihat benderang di matamu. Sungguh aku minta maaf atas ini. Aku belum cukup beranikah?

Mungkin aku adalah perempuan kebanyakan, selalu butuh berkali-kali untuk diyakinkan. dan selalu butuh ucapan.Waktumu di belakang sana membuatku takut, apakah ia akan tiba-tiba menghampirimu lagi? Waktuku di belakangku, aku sudah tutup rapat-rapat, Tak ada lagi kenangan, selain kenangan kita.

" Lalu, mengapa masih ragu? Aku tahu hatimu" ujarnya.

Kamu selalu tahu, iya. Tak ada satu alasan pun aku tak ingin bersamamu, sungguh. Beri aku waktu sedikit lagi. Itu saja. Namun, kataku lenyap disenyap malam, tak pernah mampu aku ucapkan. Semoga kamu mengerti. Tatap saja kedua mataku. Biar segala rasa dan semua bisa kau baca jelas. Tak tersisa. Aku tak mampu berkata.

Terima kasih telah memilihku, perempuan rapuh. Seperti kaca jendela yang bisa pecah kapan saja, hatiku. Mungkin waktu akan membuatnya menjadi kuat, karena ada-mu dan genggamanmu. Aku mau menjadi perempuan kuat itu.



                                                                                   ~




Waktu selalu menjadi jawaban atas setiap keraguan. Tepat dulu kita memutuskan memberi jarak pada ikatan kita. Jika memang kamu orangnya, maka rindu akan hadir dengan sendirinya. Jika memang kamu orangnya, maka waktu akan menunjukkan berita tentang kisah yang tertunda. 


Pada akhirnya, aku melihat dengan jelas tentang bayangmu yang hadir pagi ini. Mungkin kau tak lebih mengerti, bahwa rindu lebih cepat datang daripada daun-daun yang terserak terbawa angin.

Ada pesan yang ingin aku sampaikan langsung padamu. Sebentuk rindu dan jutaan ucapan terima kasih. Ingin aku katakan padamu, sekali lagi, kenanganku hanya tentang kenangan kita, tak ada tempat untuk sebentuk kisah masa lalu. Aku mungkin mencintaimu lebih dalam saat ini. Segeralah pulang. Aku ingin bertemu. Aku mau bersama dalam perjalananmu. Biar saja cerita kita menjadi sesuatu yang menghilang di hampa udara. Menjadi abadi. Selamanya. Aku mau.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar