Kamis, 08 Agustus 2013

Sebuah Kisah Untuk Agustus


Semua serba putih. Ujung kainku sama, setara dengan lantai yang dingin membeku. Hari ini tiba. Tak ada hujan dan gerimis tadi malam. Semua nampak baik, udara tak mencekik. Hatiku masih sama.

Jika saja kamu tak pernah bertanya dulu, mungkin aku masih tetap orang yang sama, yang selalu memikirkan warna pada senja. Duduk menunggu. Ketidakpastian.

: Jika 'iya' adalah jawabanku dan kita akan bahagia seperti katamu, bukankah sama saja? Bahagia akan habis pada waktunya. Kita manusia.

: Dan jika bahagia memang menghampiri kita, bukankah tetap akan ada luka jika waktu kita habis? Kita tak selamanya pada dunia. Kataku.

Lalu yang kutemukan hanya tatapanmu tanpa kata. Lalu yang kutahu kini adalah : kamu orangnya, yang akan memberi awal pun akhir dalam versi bahagiaku.

Pagi tanpa gerimis, setelah perjalanan tertempuh.

: Maukah kau menikah denganku?


3 komentar:

  1. singkat, but maknanya mendalam. Suka banget kak!! :')

    BalasHapus
  2. trims, sedikit banyak ini terinspirasi dr kisah saya *ehem* ^_^V

    BalasHapus
  3. ciieee,, mbak windri...
    semoga lekas digenapkan bahagianya..
    ditunggu kabarnya mbak..

    BalasHapus