1
Tak akan ada puisi terakhir untukmu
Pada pagi yang mengembun kedinginan
Tanganku ada selalu menengadah merapal namamu
Pun, saat matahari mendahului tiba di ujung jendela
2
Tak akan ada puisi terakhir untukmu
Walau panas menerpa hari-hari
Detik-detik yang angkuh dan jarak yang sinis
Wajahku basah oleh doa-doa
3
Tak akan ada puisi terakhir untukmu
Saat hujan menderas lalu esok masih ada gerimis pagi
Atau rindu kita menggigil oleh pertengkaran
Lihat, genggamanku yang tak pergi darimu
4
Tak akan ada puisi terakhir untukmu
Walau senyap menyergap bisu kita
Kata hilang pada embusan udara malam
Kita diam pun, aku tetap di sini
5
Tak akan ada puisi terakhir untukmu
Pun pada hari-hari mendatang
Yang entah bahagia atau tidak
Bagiku, bahagia selalu tiba tepat waktu
6
Tak akan ada puisi terakhir untukmu
Lelaki yang padanya kutemukan surga
Yang pada degupnya aku bersembunyi dari dunia
Pada setiap napasnya kutitipkan doa
7
Tak akan ada puisi terakhir untukmu
Wahai lelaki yang padanya aku kelu mengucap aksara
Rindu-rindu mengangkasa bertemu bintang-bintang
Hilang bersama kisah yang mengabadi
8
Tak akan ada puisi terakhir untukmu
Karena kamulah puisi yang kan selalu ku-eja selamanya.
Tak akan ada puisi terakhir untukmu
Karena kamulah puisi yang kan selalu ku-eja selamanya.
Rerumputan merunduk--menyesap rindu dari setiap rapalan nama dalam sajak ini. Indah sekali.
BalasHapusKapan-kapan, mungkin kita bisa berbagi sajak juga:)
Blog-ku: interleaved.blogspot.com
hai salam kenal, terima kasih banyak ya sudah mau membaca, baik, siap :)
BalasHapusKeren puisix kak :) saya musti belajar banyak hehehe
BalasHapusoh iya mampir ke blog ku juga yah kak saya sangat senang sekali kalau puisiku
bisa dapat kritikan dari kakak :)
http://inha-blu3-sky.blogspot.com/
trims Lulu ;) iya sdh ke blogmu...
BalasHapus