Ini bulan Mei yang begitu rupa
Musim semi tak pernah singgah di sini
Hanya sesekali daun-daun berwarna pucat jatuh berserakan
Warnanya bertambah pekat seiring luka pada hati seorang perempuan
Jendela dibiarkan terbuka olehnya
Agar matanya jelas menyapa lalu lalang manusia
Pada kaki-kaki yang melintas itu
Ia berharap ada sepatu berwarna cokelat
Milik tuan bermata hangat
Daun-daun masih setia luruh bersama gerimis
Kecipak air mengalun lembut di antara langkah-langkah yang tergesa
Mengapa tiada musim lain selain musim penghujan, Tuan?
Aku bosan bertemu sejuta air mata
Bolehkah Mei yang tiada bahagia ini kutukar saja?
Aku hanya mau daun-daun bersinar seperti embun di pagi hari
Lalu matamu mengintip di balik jendela
Saat aku terjaga esok pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar