Minggu, 01 Februari 2015

Kepada Lelaki Berkemeja Abu-Abu #3 : Puisi

Sore, hujan

Aku ingin titip sesuatu. Bisakah kau turun jangan deras-deras dulu? Ini, aku masih ingin berjalan-jalan berdua dengannya. Sebab, sore nanti dia akan pulang ke kotanya. Aku masih rindu.

Aku tak tahu kapan aku jatuh cinta padanya. Jika kau bertanya soal itu aku akan menggelengkan kepala secara spontan. Kata orang-orang, jatuh cinta kan tidak pernah bilang-bilang terlebih dahulu. Iya sih, aku jadi percaya soal itu, aku mengalaminya sendiri.

Tahu tidak? Awalnya sih aku mengenalnya biasa saja. Hmm.. ketika pertama kali melihatnya pun, aku berpendapat, kayaknya sih orangnya jutek. Tapi, cinta itu ternyata soal keajaiban. Cinta itu selalu menemukan jalannya sendiri bukan? Kadang kita salah, beranggapan bahwa, kayaknya dia bukan tipe aku deh. Eh, pada kenyataannya, justru dialah yang membuat kita jatuh cinta, dengan caranya.

Dia, adalah lelaki yang mampu membuatku bertahan terhadap pilihanku. Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta dan ketika jatuh cinta pun tekadang mudah berubah, maksudnya, jarang ada orang yang mampu membuatku jatuh cinta berkali-kali. Dia tidak rupanya.

Dia pula yang membuatku mampu menulis banyak tentangnya. Puisi-puisi yang tertulis, sebagian memang tentangnya, karena jujur, aku justru tak pandai berkata-kata langsung.

Puisi-puisi yang kutuliskan sebenarnya tidak ada apa-apanya, dibanding dengan begitu banyak hal yang telah ia lakukan untukku. Setiap ucapannya, tingkah lakunya, bagiku adalah puisi paling romantis. Cinta yang ia berikan tanpa henti, adalah juga puisi.

Terima kasih ya, untuk semua kebaikannya. Aku tak bisa membalas banyak.

Salam,

Istrimu.


2 komentar: